Pada tahun 2010, penerimaan negara bukan pajak dari ekspor gaharu Rp4,5 miliar
Pangkalan Baru, Bangka Tengah (ANTARA News) - Kementerian Kehutanan mengungkapkan Indonesia merupakan negara pengekspor gaharu terbesar di dunia mencapai 600 ton per tahun seiring tingginya produksi tanaman tersebut.
"Pada tahun 2010, penerimaan negara bukan pajak dari ekspor gaharu Rp4,5 miliar," ujar Menhut Zulkifli Hasan dalam sambutan tertulisnya yang disampaikan Dirjen Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam, Alam Darori, pada pembukaan seminar internasional gaharu di Pangkalan Baru, Selasa.
Ia mengatakan, pemerintah Indonesia sejak 1995 telah menetapkan kuota pemanenan dan perdagangan gaharu untuk mendukung keberlanjutan produksi tanaman tersebut, sehingga tetap menjadi salah satu andalan penyumbang devisa negara.
"Kuota itu ditetapkan setiap tahun kepada para eksportir yang telah memperoleh izin dari Asosiasi Gaharu Indonesia (Asgarin) berdasarkan potensi di masing-masing provinsi yang dikeluarkan Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA)," ujarnya.
Ia menjelaskan, tujuan ekspor gaharu Indonesia terbesar adalah Arab Saudi mencapai 37,8 persen, Singapura 34,9 persen, Uni Emirat Arab 7,7 persen dan beberapa negara lainnya, seperti Kuwait, Macau, Vietnam, Hongkong, Jerman, China, serta Republik Korea.
Sementara di Indonesia terdapat enam jenis Aqualaria yang memproduksi gaharu yang tumbuh secara alami yakni Aqualaria beccariana, Aqualaria cumingiana, Aqualaria falaria, Aqualaria hirta, qualaria malaccensis dan Aqualaria microcarpa.
Kemudian perizinan spesimen gaharu di Indonesia dibedakan menjadi dua kelompok yaitu Filaria dan Malaccencis.
"Jenis gaharu yang paling berkualitas dan bernilai ekonomi paling tinggi adalah Aqualaria malaccensi," ujarnya.
Ia mengatakan, upaya lainnya yang dilakukan Kementerian Kehutanan dalam mendukung keberlanjutan produksi gaharu di Indonesia adalah melalui program penanaman satu miliar pohon dengan melibatkan seluruh pemangku kepentingan terkait untuk mendukung keberhasilan upaya tersebut.
"Para eksportir juga diwajibkan memiliki budi daya gaharu minimal dua hektare per tahun dan telah dilakukan sejak 2003," ujarnya.
Menurut dia, berdasarkan hasil survei tanaman gaharu budidaya di 45 kabupaten pada 25 provinsi di seluruh Indonesia saat ini program tersebut telah memberikan hasil yang baik yakni sekitar 2.218.949 pohon.
Dari jumlah tersebut sekitar 30 persen merupakan tanaman gaharu yang telah siap dipanen.
"Saya yakin masih lebih tinggi apabila dilakukan pada seluruh kabupaten di Indonesia, sehingga saya akan mengundang seluruh bupati untuk survei di wilayahnya masing-masing," ujarnya.
"Pada tahun 2010, penerimaan negara bukan pajak dari ekspor gaharu Rp4,5 miliar," ujar Menhut Zulkifli Hasan dalam sambutan tertulisnya yang disampaikan Dirjen Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam, Alam Darori, pada pembukaan seminar internasional gaharu di Pangkalan Baru, Selasa.
Ia mengatakan, pemerintah Indonesia sejak 1995 telah menetapkan kuota pemanenan dan perdagangan gaharu untuk mendukung keberlanjutan produksi tanaman tersebut, sehingga tetap menjadi salah satu andalan penyumbang devisa negara.
"Kuota itu ditetapkan setiap tahun kepada para eksportir yang telah memperoleh izin dari Asosiasi Gaharu Indonesia (Asgarin) berdasarkan potensi di masing-masing provinsi yang dikeluarkan Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA)," ujarnya.
Ia menjelaskan, tujuan ekspor gaharu Indonesia terbesar adalah Arab Saudi mencapai 37,8 persen, Singapura 34,9 persen, Uni Emirat Arab 7,7 persen dan beberapa negara lainnya, seperti Kuwait, Macau, Vietnam, Hongkong, Jerman, China, serta Republik Korea.
Sementara di Indonesia terdapat enam jenis Aqualaria yang memproduksi gaharu yang tumbuh secara alami yakni Aqualaria beccariana, Aqualaria cumingiana, Aqualaria falaria, Aqualaria hirta, qualaria malaccensis dan Aqualaria microcarpa.
Kemudian perizinan spesimen gaharu di Indonesia dibedakan menjadi dua kelompok yaitu Filaria dan Malaccencis.
"Jenis gaharu yang paling berkualitas dan bernilai ekonomi paling tinggi adalah Aqualaria malaccensi," ujarnya.
Ia mengatakan, upaya lainnya yang dilakukan Kementerian Kehutanan dalam mendukung keberlanjutan produksi gaharu di Indonesia adalah melalui program penanaman satu miliar pohon dengan melibatkan seluruh pemangku kepentingan terkait untuk mendukung keberhasilan upaya tersebut.
"Para eksportir juga diwajibkan memiliki budi daya gaharu minimal dua hektare per tahun dan telah dilakukan sejak 2003," ujarnya.
Menurut dia, berdasarkan hasil survei tanaman gaharu budidaya di 45 kabupaten pada 25 provinsi di seluruh Indonesia saat ini program tersebut telah memberikan hasil yang baik yakni sekitar 2.218.949 pohon.
Dari jumlah tersebut sekitar 30 persen merupakan tanaman gaharu yang telah siap dipanen.
"Saya yakin masih lebih tinggi apabila dilakukan pada seluruh kabupaten di Indonesia, sehingga saya akan mengundang seluruh bupati untuk survei di wilayahnya masing-masing," ujarnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar